Coki Pardede Bahas Hantu & Fenomena Paranormal Lainnya

166,293
0
Published 2024-04-17
Coki Pardede diketahui meragukan supreme being, tapi bagaimana dengan entitas supranatural lain? Seperti hantu dan sejenisnya? Atau fenomena paranormal seperti santet, susuk, dan lain sebagainya? Kita kulik pandangannya soal itu semua di video ini.

#deepdivecaniacitta

Join membership untuk dapetin akses ke rekaman Youtube LIVE dan kelas Zoom, ikut sesi mentoring, plus masuk Grup Discord eksklusif!

Link daftar membership:
youtube.com/channel/UCjUky4qhh_tTwanR0M_hVEA/join

Also, let's stay connected!
www.instagram.com/caniacitta/
www.tiktok.com/@caniacitta
twitter.com/cania_citta

#cokipardede #caniacitta #paranormal #supranatural #penampakan

All Comments (21)
  • @wisena873
    Saya senang sekali Bu Cania dan Mas Coki mengangkat tentang kesurupan. Latar belakang saya psikologi, ijinkan saya share sudut pandang saya, namun discaimer: ini tidak mewakili komunitas ilmiah, karena masih terus diteliti. Sejauh saya pahami dalam pelayanan kesehatan mental, kesurupan dijelaskan melalui 3 arus utama, yaitu Biopsychology-Neuroscience, Psychology, dan Anthropology-Religious Study (terutama mengenai Demonology dalam kultur dan agama-agama). Noumena di balik kesurupan, tentu masih terus berusaha kita dekati, mengungkap misteri di baliknya. Pada sisi lain, kita mengakui bahwa sebagai Fenomena, kesurupan memiliki simptom/gejala yang khas, tidak acak, dan teramati. 1. Biopsychology-Neuroscience menjelaskan bahwa halusinasi, delusi identitas yang muncul dapat berkaitan (mohon tidak dibaca "disebabkan") dengan ketidakseimbangan kerja neurotransmitter Serotonin-Dopamin. Dapat dimengerti jika mas Coki menghubungkan dengan penyalahgunaan substansi, karena dampak dari penyalahgunaan substansi adalah gangguan kerja neurotrasmiter pada syaraf. Psikiater, dapat meresepkan obat tertentu, ketika berdasarkan kompetensinya ia menggangap dapat berpengaruh pada simptom tersebut (misalnya antipsikotik). Namun bagaimana pastinya obat ini bekerja, masih diteliti hingga saat ini. 2. Psychology, menjelaskan terdapat pemisahan identitas diri yang berkaitan dengan kesadaran saat ini, mungkin ada faktor-faktor gangguan mental, seperti trauma, kecemasan, sebagai faktor laten/faktor resiko. Karena itu kesurupan dapat dikategorikan sebagai Gangguan Identitas Disosiatif (DSM-5) dan Trance Possesion Disorder (ICD-10), karena gangguan ini dapat ditemukan secara global, di seluruh bagian dunia dan budaya. Psikolog memberikan layanan konseling dan psikoterapi (misalnya CBT-Cognitive Behavioral Theraphy, Relaksasi, Mindfulness) untuk mengurangi faktor-faktor kognitif-afektif dan perilaku yang maladaptif (misalnya negative self-talk), meningkatkan kesejahteraannya, merasa tenang dan lebih bahagia. 3. Anthropology-Religious khususnya Demonology, memiliki penjelasan yang sangat beragam, tak terpisahkan dengan konteks sosio-kultural-religious kemunculan fenomena tersebut. Uniknya, penjelasan tersebut dapat dicocokan dengan gejala yang muncul. Misalnya, pada tradisi Abrahamik, iblis, jin, malaikat, setan, dan roh gentayangan, sesuai lore nya masing-masing, memiliki perilaku dan respon perilaku khas (Pocong melompat, roh jahat bereaksi terhadap simbol religius). Demikian pula dia yang mengalami kesurupan, identitas dirinya bisa mengambil pose pocong dan melompat lompat, tidak merespon panggilan, tarikan hentakan, namun justru akan merespon doa-doa tertentu. Praktisi keagamaan memberikan layanan spiritual yang berhubungan dengan simptomnya, sehingga dapat berkurang. Memahami hal tersebut, maka pelayanan kesehatan mental tidak membatasi (melarang) adanya praktik eksorsisme, ruqyah, doa bersama, dengan kerangka meningkatkan kesejahteraan mental pasien dan dilakukan oleh praktisi yang dinilai memiliki kompetensi dalam bidang tersebut (misalnya pemuka agama, tetua adat). Artinya aktifitas yang menyakiti klien/pasien (menampar, memasung, mengikat hingga terluka, kehilangan fungsi tubuh-mental, melukai, membiarkan tidak makan, menyiksa) tidak dapat dibenarkan dan harus dihentikan. Kerjasama antar profesi tentu sangat diperlukan dan selalu terus ditingkatkan, sebagai jalan tengah untuk klien/pasien, keluarga dan komunitas mereka mendapatkan layanan medis, psikologis dan spiritual. Maaf jika ada salah tulis dan kurang pemahaman dari tulisan ini, mohon koreksinya. Terimakasih
  • @clay0726
    Di twitter pernah ada bahasan soal "kenapa tuyul ga ngambil uang di bank aja?" Jawabannya "ya bank punya penjaga yang lebih sakti" "Kenapa mcd bisa lebih sukses dari pada warung makan umkm? Ya karena pesugihan mcd duitnya lebih kenceng" Kok bisa ya, cara orang mikir pada saat lagi mempertanyakan suatu statment, malah dibantah dengan memperkuat statment yg lagi dipertanyakan tsb. Jadi cuma jawaban ngeles asbun aja udah.
  • @OppoRc.ponsel
    Terus terang, makin kesini sy kagum sama mba cania ini.. smart, ketawa nya gurih, dan maka merugilah lelaki yg menyia nyia kan wanita bertalenta seperti mba cania..
  • @hans.mulyadi
    salah satu yg lucu menurut gw konsep dihamili genderuwo. Jadi jaman dulu ketika suaminya pergi merantau, perang atau apapun jauh dari rumah, istrinya tiba2 hamil. Katanya sih genderuwo menyamar menyerupai suaminya, dan mereka melakukan hubungan. Padahal bisa aja anaknya tiba2 mirip tetangga kan :face-blue-smiling:
  • @fandreileonard
    Cerita sedikit soal pengalaman gue sehubungan dengan konteks diskusi pada video di atas. Menurut gue kepercayaan soal yang "begitu-gitu" tuh masif terjadi pada kultur masyarakat "DAERAH" yang udah lah bodoh, terbelakang, dan doyan maksa orang lain yang nggak percaya untuk percaya demi dan atas nama "menghormati budaya". Gue pernah tinggal di pedalaman Kalimantan. Tepatnya di Kab. Kubu Raya, Sanggau, Ambawang, dan Ketapang. Mereka percaya bahwa menolak apapun pemberian orang lain (misal: ditawari makan atau minum) itu berpotensi mengundang "bahaya/bala/musibah". Mereka menyebut itu dengan istilah "Kepohonan/Cempalik". Terus terang ini absurd buat gue, dan mereka mengalamatkan tudingan ke gue sebagai orang kota yang angkuh dan tidak menghargai keyakinan mereka. Gue berfikir apa hubungannya? Tapi selama gue di sana gue tetap berpegang pada prinsip gue kalo gue nggak akan mengambil itu sebagai sebuah kepercayaan sama seperti mereka. Kalo gue percaya, ada perasaan kayak.. gue menghianati keintelektualitasan gue. Bodo amat mereka mau menganggap gue sombong atau apapun. Dan ternyata itu semua nggak terbukti sih. Gue nggak mengalami apapun (yang jelek-jelek) yang kalo gue nolak, maka sesuatu yang buruk akan menimpa gue. Dan bener apa kata Coki di atas, gue denial jadi gue nggak kena suggest apapun. Mungkin juga karena itu yang bikin gue baik-baik aja. Singkat cerita gue sampai pada sebuah kesimpulan dengan mengutip buah pikir Tan Malaka; Logika Mistika. Itu yang bikin orang-orang DAERAH kian termarjinalkan di atas tanah peninggalan leluhur mereka sendiri. Sekolah nggak mau, kerja males, merantau nggak mau, maunya melestarikan warisan adat yang nggak guna buat kehidupan mereka.
  • @user-iq9ff9xn6n
    logika tuyul : dulu ada maling, malingnya ga ketahuan, cari kambing hitam, anak kecil, kenapa? karena anak kecil ukurannya kecil jadi bisa masuk rumah dan ga mungkin disalahkan
  • @ARSLAN257
    Logika mistika memang wadididaw , menghambat peradaban dan harus diberantas
  • @abdulmuiz7607
    Abis2an dilucuti dah eksistensi para syaithon oleh duo solid terbaru ini
  • Pernah pengalaman waktu gw SMP ada guru gw yg katanya punya musik/melodi yg bisa buat org mengalami pengalaman mistis atau bisa membuat org gk sadarkan diri (gw gk terlalu inget yg mana yg bener) dan setelah melewati itu, biasanya orgnya jadi lebih pinter. Dalam 1 kelas, ada beberapa org yg coba dan gw inget kalau ada 2 org yg gk kena efek apa", Salah satunya gw. Guru gw bilang kalau gw gk menghayati musiknya. Well, gw gk tau maksud menghayati disini apa, tapi gw inget gw fokus dengerin melodinya. Hipotesis gw sih karena gw gk percaya aja sama yg begituan dan karena yg gw lakuin ada lah fokus, jadi kemungkinan kecil gw bakal ketiduran kayak yg lain. Gw gk bisa konfirmasi ke org yg satunya yg gk kena efek itu karena gk terlalu dekat juga. Tp kalau diinget" dr perilaku/kebiasaan dia sih gw pikir dia gk tidur karena dia emg gk menikmati melodinya dan cm mikirin hal lain selama lagunya jalan.
  • @vincentcliong
    Kalau mau memahami pengalaman "Metafisika" tanpa nuansa mistik dan tanpa perlu berhala keyakinan keyakinan yg kita buat sendiri memerlukan suatu proses pikir yang sifatnya dekonstruksi (selalu kembali ke bentuk dasar). Cuma org dibuat semua yg dia pahami kembali ke dasar. Manusia kan selalu membangun pikiran dan pengertian nya Contoh: Penggunaan istilah misal cakra, atau nama anggota tubuh itu cuma kesepakatan bahasa untuk memudahkan. Dimensi bisa disederhanakan misal pas dulu aku main dekon kompatiologi tahun 2004an aku pakai beberapa jenis pertanyaan untuk mengubah dari mekanisme yakin ke pengindraan. Yakin = diberi informasi lisan lalu diyakini tanpa perlu pengalaman pribadi, tanpa merasa perlu dicoba dan diuji. Misal membangun pengindraan itu dengan input indra yg sulit kita definisikan. Kalau rasa kan sudah biasa kita bilang manis asin asam pahit umami, panas dan dingin juga sudah biasa kita berurusan. Jadi yg ditanya setelah rangsangan misal icip minuman, misalnya: Dari kepala sampai kaki sebelah mana? Apakah mengalir sensasinya pindah pindah bagaimana jelaskan. Nilai sensasi dari 1-10 di tiap bagian tubuh yg muncul berapa berapa berapa perbandingan besar sensasi Ke luar atau ke vakum ke dalam bentuk sensasi nya. Jika sensasi itu kita anggap seorang pribadi maka ceritakan lah penampakan luar nya karakter nya spt apa sifatnya. Umur dari suatu sensasi itu spt org umur berapa. Lalu data data tsb dibanding dengan diri kita saat ini. Misal jika saya umur 38 maka sensasi itu kita rasa umur berapa. Jadi dibuat jangkauan variasi yg berskala. Jadi suatu pemahaman tentang dimensi 1,2,3 + waktu. Atau nanti akan berkembang lebih jauh ditranslate ke bahasa yg dimengerti tubuh fisikal dulu. Tentunya pengukuran di fisikal tiap org akan berbeda karena kondisi fisik dan pengalaman pengindraan nya range tiap org beda di tiap urusan tergantung pengalaman hidup yg terbatas. Berbeda antar org tetapi cukup konsisten spt karakter ke diri sendiri. Yg jelek nya semua setelah permainan itu dilakukan akibatnya ramal, baca cuaca, baca latarbelakang org, bahkan misal di kasih satu benda misal dompet bisa cerita memori yg nyangkut. Kayak org main erhu. Patokan nya berlaku hanya ke individu itu sendiri. Tiap org alat ukur nya kan pengalaman nya senang sedih, kuat lemah, sehat sakit, dlsb yg pernah dialami.
  • @LLLLlll__0000
    Gw paling suka ama Stephen King karena dia membedah pikiran manusia terdalam ampe keliatan semua bangkai busuk2nya. Film 1408 itu juga gw perna ngerasain suasana paling gak nyaman dan disturbing banget ketika loe berada di dalam sebuah tempat bersama orang2 negatif yg cuman nyerang mental loe doang. Itu bener2 seperti film 1408 anjir parah nggak enak banget suasananya
  • @ME-STRAYCATS
    Kalau omongin hantu, coba podcast sama Dok Des. Beliau hafal nama2 hantu awkawkkawkawk
  • sebagai mantan pengikut perkempulan seperti itu,gw gk pernah kesurupan atau lost control walaupun sudah dicoba untuk dimasukin sesuatu beberapa kali. kalau dipikir-pikir jaman jahiliyah dulu asli kocak bgt sih.
  • @13Bettencourt13
    Keknya simpelnya karena peradaban manusia juga menciptakan hierarki, siapa yg menjadi pemimpin, berkuasa, dll, sehingga manusia yg hierarki yg di bawah selalu ingin supaya hierarki di atasnya menjadi di bawah dengan menciptakan konsep bahwa ada yang lebih supreme dari yang di atasnya, sehingga kondisinya akan jadi setara lagi. Nah dari situ memunculkan konsep animisme dan dinamisme salah satunya, yang kemudian berkembang jadi penciptaan urban legend yang akhirnya jadi konsep awal perhantuan duniawi ini. Lebih lagi sejak dulu manusia settingannya emang takut sama hal yang belum sepenuhnya diketahui, dan ketakutan adalah salah satu alat propaganda..
  • @LLLLlll__0000
    Horror adalah tinggal di negara dengan IQ rata2 rentang Gorilla dan mikirnya lebih pake rasa perasaan. Itu berarti tiap orang mustinya dikandangin. Ironisnya mereka justru pengen keluar kandang, sementaran orang pinter justru pengen masuk ke dalam kandang. Karena bahayaaaa
  • @stefandluffi6144
    curhat gw sebelum reinkarnasi mjd sosok yg tercerahkan pada saat ketindihan pasti klwrnya horor2, Ogree, goblin, mbak2.. dll nmun setelah reinkarnasi kog bisa2nya gk nongol lg yg horor2 itu.. pdhl udh eksperimen tidur sambil menatap mata alm suzana yg pake kostum sunbolong.. tp tetep aja gk klwr.. pd akhrnya gw sadar.. horor adalah hasil imajinasi pikiran .. mksh Nabi Ryu Hasan atas pencerahan yg mmbuat gw bereinkarnasi šŸ™
  • @babydiablo
    I appreciate your friendship. Really generates power
  • @therapic5805
    Mungkin saja krna akses ke medis itu tidak semua bisa mendapatkan, mngkanya masyarakat lbih bisa mengkonsumsi halĀ² supranatural krna lbih murah dan mudah d dapat dr pd akses medis
  • @LLLLlll__0000
    Kalo Self boundaries itu bakal mecah jiwa loe jadi beberapa (cracking mirrors) secara horizontal. Cracking mirrors, salah satu pecahannya bisa digantikan pecahan jiwa orang lain yg mana mungkin negatif thoughts, itu bakal bisa memengaruhi Consciousnessnya. Kalo Higher Self, Cerminnya bakal melipatgandakan ke atas, gambaran beda dari diri loe
  • @arezaryansah3297
    Ada salah satu teori menarik di salah satu buku sains fiksi yang saya lupa judulnya, tentang asal muasal Tuhan/Supreme Beings. Kalau nggak salah begini teorinya, alam semesta ini adalah hasil komputasi/simulasi yang harusnya barren/tidak ada kehidupan, dan Tuhan/Supreme Being adalah virus yang menyebabkan segala anomali, dan yang akhirnya berujung pada lahirnya kehidupan. Mungkin bisa jadi bahasan yang menarik